Damas M Edoway (Ist) |
Hal yang kerap melintas dalam benak saya adalah, apakah yang
hidup dahulu adalah mereka yang sudah saya belajar dari SD hingga SMA? Ataukah
setelah saya selesai sekolah, saya akan dibentuk untuk ikut dengan apa yang
mereka terapkan? Juga, apakah saya tidak mempunyai silsilah dan budaya? Dan
masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya yang sering muncul dan terekam
dalam ingatan masa lalu saya. Kalau seperti ini, sudah jelas proses pemusnahan
karakter merujuk pada hilangnya nalar dan budaya orang Papua. Tentu ini masalah
yang merujuk pada hilangnya identitas diri sebagai orang Papua. Tidak mengenali
diri sendiri, tidak mengenali lingkungan sosial masyarakat Papua, bahkan tidak
mengerti dan memahami eksistensi diri ? Kembali untuk memahami tulisan
Supriyono di atas. Semangat pendidikan yang membebaskan harus menjadi semangat
pendidikan kita. Semangat pendidikan ini antara lain ditandai dengan pemberian
ruang utama untuk pengetahuan lokal. Sayangnyapendidikan yang membebaskan itu
tidak dirasakan oleh orang Papua sebagai bangsa yang sedang ditindas.
Prospek nilai dan norma orang Papua tercermin erat dalam nilai-nilai adat yang mengikat lingkungan sosial orang Papua. Nilai dan norma itu sering dianggap sebagai suatu kekeliar, sebabnya karena kurikulum pendidikan pemerintah yang tidak sesuai dengan kearifan lokal orang Papua. Kehidupan orang Papua diubah untuk tidak mengenali diri sendiri sebagai orang Papua yang mempunyai identitas otonom. Semenjak SD hingga SMA saya tidak pernah mendapatkan pendidikan yang bermuatan budaya Papua.
Terkadang juga kita dipaksakan untuk belajar sejarah orang lain.
Misalnya, ini tidak menyinggung pembaca atau siapa pun tetapi ini nyata dan
perlu untuk kita memahami dan belajar tentang sejarah kemerdekaan Indonesia.
Tidak ada satu pun orang Papua yang menjadi pahlawan proklamator Indonesia dan
kita dipaksakan untuk belajar tentang hal ini. Tetapi proses sejarah orang
Papua yang dimanipulasi oleh Indonesia dan Soekarno demi kepentingan mereka pun
tidak diajarkan kepada orang Papua. Seakan yang kita belajar di bangku
pendidikan hanyalah hasil rekayasa pemerintah untuk membenarkan bahwa Papua
masuk ke Indonesia adalah murni berkat kemenangan Indonesia. Tetapi kita tidak
sadar bahwa PBB, Amerika Serikat, dan Indonesia bekerja sama demi kepentingan
ekonomi politik, hingga Pepera 1969 direkayasa Indonesia. Banyak sekali orang
Papua yang memperjuangkan kebenaran pada saat itu, dibunuh oleh TNI (dulu ABRI)
melalui aksi-aksi dan penyampaian pendapat yang mereka lakukan pada saat itu.
Memang, pendidikan di Papua dalam proses pembelajaran sangat
tidak seksi. Pendidikan di Papua berbasis pada kepentingan kalangan tertentu
yang dibuat oleh pemerintah pusat dengan cara-cara yang sistematis untuk
membunuh dan memusnahkan watak orang Papua secara bertahap. Hingga sampai saat
ini, orang Papua ada yang sudah melupakan budayanya mereka. Tentang silsilah
orang Papua yang sesungguhnya pun sudah dimatikan dengan penerpaan pendidikan
yang sudah di buat oleh pemerintah Indonesia
.
Harapan Penulis
.
Harapan Penulis
Pemerintah provinsi papua dan papua barat hal ini harus tangapi
dengan serius karna nilai nilai local papua dan sejarah akan hilang dan punah
.dan saya minta pemerinta hharus membuat PERDA peraturan daerah untuk
mengajarkan sejarah sejarah di tanah papua Dari beberapa uraian singkat di
atas, jelaslah bahwa pendidikan di Papua saat ini dalam sebuah proses pemusnahan
pada subjek manusia Papua. Pemusnahan watak, cara, dan perilaku orang Papua
dengan berbagai program, kebijakan, dan Undang-Undang yang dibuat berdasarkan
kepentingan pemerintah Indonesia. Proses panjang tersebut, harus dipatahkan
dengan pendidikan yang membebaskan dan radikal. Satu hal penting yang perlu
untuk kita orang Papua dan non-Papua pahami adalah sama seperti yang
diungkapkan oleh Pdt. I.S. Kijne dikutipan di atas. Sampai saat ini menjadi
keyakinan orang Papua tentang hal ini. Orang Papua tidak akan berkembang dan
bangkit, ketika mereka masih dipimpin orang lain.dalam arti Negara klonialis
Indonesia.
Penulis Damas Edoway Mahasiswa Papua Kulia di Jayapura, West Papua
Post a Comment