0
Oleh: Otniel N. Sobolim

Suku Mek
Sebelum rezim pemerintahan menguasai di wilayah papua lebih khusus di pedalaman/pegunungan, di mana periode itu adalah masa berburu, peternak dan berkebun oleh para leluhur dengan menggunakan alat-alatnya tradisionalnya, mereka sangat rukun sesuai dengan silsila keturunan dan Marga/Fam yang terdapat di setiap kampung-kampung.

Bagi mereka "Marga/Fam" merupakan sebuah simbol terpenting untuk identitas masyarakat alami/primitiv sesuai ajaran Mitos (Yali-Meck) yang diwariskan oleh leluhur mereka. Dengan demikian, Saat itupun jika masyarakat ingin membentuk komunitasnya (Honai adat) dan membagi hak-hak warisan seperti lahan kebun, hutan tempat berburu dan kekayaan-kekayaan berpotensi lainnya dapat dibagi merata sesuai silsila keturunan dan atau berdasarkan Marga-Marga, bukan di ukur dari segi kepentingan kekuasaan.
Selanjutnya dalam konteks "Perang/Weim", masyarakat dulu dalam persiapan membentuk pasukan yang sifatnya memintah bantuan kepada tetangga-tetangga, diplomasinya harus sesuai garis keturunan (ada hubungan darah) atau komunitas yang masih menjaga hubungan kekeluargaan secara utuh.
Sementara faktor-faktor utama yang menimbulkan perang/Weim duluh, lebih khusus di wilayah Yahukimo Sebagai berikut:
1. persoalan Lahan Kebun dan hutan berburuh
2. ketika seorang laki-laki melakukan berzinahan, pemerkosaan dan atau menjalin hubungan secara sembunyi dengan wanita yang telah bersuami
3. perang warisan yang turun temurun (Dendaman)
ketiga hal di atas yang bisa mengakibatkan timbulnya perang/Weim antara satu kelompok dengan kelompok lain.
Kemudian tujuan perang dahulu sifatnya lebih cenderung untuk menjaga dan melindungi kelompok, memintah yang menjadi haknya serta pembalasan dendam yang belum genap, dan tujuan perang merka Bukan semata-mata mencari dan merebut kekuasaan untuk menguasai wilayah atau kelompok lain.
Dengan demikian sebagai kesimpulan dari wacana di atas adalah:
1. saya berpesan kepada pihak peniliti (LIPI) dan pengamat politik, hukum dan sisial budaya agar mempublikasikan secara pasti tentang akar permasalahan, dari hasil kajian pengamatan mereka., bahwa setiap konflik di papua adalah perang politik dan ekonomi bukan perang suku atau perang marga yang dulu.
2. kami sebagai Orang Asli Papua (OAP), harus siap untuk membantu rakyat menjadi penyidik berdasarkan pengetahuan sejarah, budaya dan kekuatan hukum adat untuk membongkar akar permaslahan dalam setiap kasus.

3. Orang Asli Papua  (OAP) jangan tertipu dengan kekuatan media, bahwa selalu mediasi konflik papua adalah perang suku.tetapi perlu kita sadar bahwa akar persoalan konflik sekarang adalah perang politik dan ekonomi, yang berarti penanggung jawab penuh adalah pemerintah Indonesia, untuk mencari solusi dari kedua akar maslah tersebut.
Otniel Sobolim

Penulis    : Otniel N. Sobolim
Editor      : Admin

Post a Comment

 
Top