Demonstran di Bolivia |
Dengan alasan untuk mencegah penularan, maka pemerintah sebuah negara menerapkan kebijakan lockdown dan atau "karantina". Efek dari kebijakan tersebut adalah munculnya kelaparan, kehilangan pekerjaan, dan seterusnya.
Ekuador adalah salah satu contoh nyata dari sebuah "NEGARA GAGAL" karena menjalankan kebijakan NEOLIBERALISME dengan mengikuti kemauan pihak IMF dan Bank Dunia. Swastanisasi atau privatisasi sektor kesehatan menjadi salah satu faktor penyebab hancurnya pelayanan kesehatan di negara tersebut.
Beberapa waktu lalu, kita membaca melalui media sosial bagaimana mayat-mayat yang meninggal karena penyakit corona dibiarkan tergeletak di jalanan. Data hari ini, menurut versi pemerintah Ekuador, angka kematian sudah lebih dari 3 ribu orang. Sementara menurut sumber non pemerintah, angkanya sudah lebih dari 5 ribu orang.
Pada akhirnya, cara penanganan yang dilakukan oleh rezim Lenin Moreno (Presiden Ekuador) tersebut telah menimbulkan kekecewaan rakyat Ekuador. Hari ini (26 Mei) atau tanggal 25 Mei waktu setempat, rakyat yang berasal dari golongan buruh, petani, mahasiswa, pelajar, guru dan tenaga kesehatan melakukan demonstrasi secara nasional di hampir semua kota di negara tersebut. Tuntutan para demonstran adalah menghapus segala kebijakan yang berbau neoliberalisme. Secara khusus, massa demonstran juga menuntut pemerintah agar tidak ada PHK (pemecatan) terhadap kaum buruh.
Seperti yang diberlakukan di Indonesia, pemerintah Ekuador juga membuat peraturan yang berisi LARANGAN BERKUMPUL atau berdemonstrasi bagi warga selama mewabahnya virus corona. Faktor kelaparan, kehilangan pekerjaan, kesemrawutan pelayanan kesehatan dan kestresan sosial lainnya, pada akhirnya menuntut warga untuk melanggar peraturan tersebut dengan cara melakukan unjuk rasa.
Apakah demonstrasi tersebut tidak akan memicu penularan virus corona? Bagi saya pribadi sudah pasti akan memicu. Namun, persoalan kelaparan, PHK, neoliberalisme dan kapitalisme, justru lebih berbahaya dan mematikan dibanding virus corona.
berbahaya dan mematikan dibanding virus corona.
Dihaturkan dari status VA Safi'i
Post a Comment