0
Oleh: Jefry Wenda
Jefry Wenda
Ada beberapa senioritas di kalangan mahasiswa Papua, terlebihnya kelompok Demokrasi Kesukuan (Demsuk) sering membuat karikatur degan bahasa seperti ini; “Ideologi Sosialisme kah, Marxisme kah, itu Ideologinya orang di Barat sana, kamu jangan pake orang-orang di barat punya pikiran atau ideologi itu, kita punya juga ada.”

Selain itu, komentar di media sosial dengan sarkastik seperti ini; “Ada beberapa anak-anak di gerakan mulai “copy paste” pemikiran dari luar (Barat) tentang Sosialisme atau Marxsisme untuk diterapkan di Papua, dong ini sebenarnya tidak mengerti, hanya 'copy paste' ide-ide dari Barat yang tidak sesuai degan kehidupan orang di Papua'.
Watak anti-teori mengingatkan saya dalam satu situasi yang pernah terjadi di Rusia pada tahun 1870 sampai akhir 1880-an. Kalau kita baca sejarah revolusi Bolshevik, bukunya Alan Woods, Bolshevisme dan jalan menuju revolusi Jilid I, kita ketemu degan bapak Marxsisme Rusia, Georgi Plekanov.

Kenapa dong sebut de bapa Marxsisme di Rusia, karena paitua de adalah perintis Marxsisme di Rusia. Orang yang pertama kali bawah masuk pikiran Marx dan Engels ke Rusia.
Pada tahun 1870-an, Rusia di dominasi oleh pemikiran Mikhael Bakunin. Bakunin merupakan ahli teori Anarkis di Rusia. Dia Pernah gabung dalam internasionale pertama dan berseteruh melawan Marx dan Engels. Hampir semua kaum pemuda dan mahasiswa di Rusia tergerak karena ide-ide Bakunin, termasuk salah satunya Plekanov.
Kebanyakan kaum mudah di Rusia melihat Marx sebagai seorang ekonom. Sementara doktrin Bakunin mengenai “penghancuran total" dan seruan aksinya tampak lebih sesuai dengan semangat generasi muda di Rusia, waktu itu.
Degan berkembangnya waktu, pada 1880-an perjuangan yang dijalankan tanpa landasan teori, strategi dan taktik menuntut Plekanov harus keluar negeri, di pengasingannya bertemu dan berdiskusi degan kaum Marxis asal Prancis dan Jerman dan kemudian melakukan perjuangan ideologi yang tajam melawan kaum Anarkis.
Seorang Bakuninis tua, Zhebovsky dengan sindiran pernah berkomentar; “kalian bukanlah revolusioner, tetapi mahasiswa sosiologi.” Tema yang terus digunakan untuk menyerang mereka adalah gagasan Marx dan Engels tidak dapat di terapkan di Rusia, dan bahwa programnya Plekanov “di kopi serampangan dari Jerman.”

Apa yang ditabur oleh Plekanov di Rusia lewat perjuangan ideologi yang gigih memberi cakrawala baru bagi kekuatan proletar yang baru tumbuh di Rusia. Sekalipun pada akhirnya dia disebut penghianat oleh Lenin dan Trotsky karena sikap reformis serta menolak revolusi Oktober 1917. Namun penghormatan terhadap perjuangan ideologi patut diberi pujian.
Kembali lagi ke awal tadi, sikap penolakan dan sindiran oleh kelompok Demsuk merupakan ekspresi dari sikap anti-teori serta sikap patron yang merupakan hasil dari budaya lama yang gampang terjerumus pada penyakit reaksioner. Jadi apa yang di sampaikan oleh kaum DEMSUK juga pernah dialami oleh bapak Marxisme, Rusia, Plekanov.

Jadi, dengan kekosongan ideologi “Papua Merdeka" tentu membawa kita pada jalan yang buntu. Bergerak tanpa arah. Sedangkan gerakan perjuagan pembebasan nasional membutuhkan kompas yang tepat, arah juang yang didasarkan pada prinsip perjuangan ideologi sebagai senjata revolusi.
Itulah sebabnya, hanya degan mempelajari filsafat Marxsisme, tulisan-tulisan mengenai perjuagan kelas, konsepsi mengenai materialisme historis (bisa buka marxists.org) dan semua ini akan memberikan cahaya baru untuk perspektif revolusi di Papua.

Camp. Pancuran, 26 April 2020
Jefry Wenda

Post a Comment

 
Top