Dia mengatakan membangun gerakan dan perlawanan
mahasiswa tidaklah mudah. Saat itu, kita mampu membangun hingga ribuan
mahasiswa, dihancurkan tingkal 50an orang, kami bangun kembali menjadi
100an orang dihancurk
Agustiana mengatakan jangan pernah pesimis dalam perjuangan karena
seorang diri atau sedikit. Atau betapa sulitnya itu. Karena pemenang itu
tidaklah banyak. Hanya membutuhkan Juara pertama, juara kedua, juara
ketiga, dan juara harapan, seperti itulah seorang aktivis mahasiswa.
Agustiana mengatakan, ideologi tanpa Teologi adalah kemustahilan.
Ideologi adalah dasar sedangkan Teologi adalah bangunannya. Sebab
kehidupan seorang pejuang sejatihnya untuk menghormati manusia, untuk
mengangkat harkat dan martabat manusia lainnya.
Agustiana
mengatakan, ketika di Calcuta akan terjadi kiamat, karena penyakit kusta
yang diderita seluruh rakyat, Yesus dilahirkan kembali melalui Bunda
Teresa, untuk membatalkan kiamat itu. Seperti itulah seorang aktivis
mahasiswa yang akan bermetamorfosis menjadi pejuang rakyat yang
sebenarnya. Untuk mencegah berbagai kiamat rakyat seperti itu.
Menjadi aktivis mahasiswa adalah proses pembentukan karakter perjuangan
sejatih. Tanpa proses didalam kampus menjadi aktivis mahasiswa dia tidak
akan pernah bertahan penjadi seorang perjuang. Sebab jalan menjadi
seorang pejuang adalah ideologinya terbentuk dijalanan sebagai sebagai
seorang demonstran.
Bagi Agustiana gerakan mahasiswa yang tidak berafiliasi politik (parpol) akan lebih kuat idealisme dan ideologinya.
Untuk Toleransi umat beraga Agsutiana yang serorang Muslim mengatakan,
saat saya di penjarah ditasikmalaya, saya tidak di besuk oleh seorang
Ustad, tetapi seorang Pastor yang berusia 80 tahun, ia naik bus dari
Jakarta untuk menjumpai saya. Saat menjadi DPO, saya disebunyikan oleh
Gereja Khatolok dan Protestan. Saya tetap seorang muslim yang belajar
dari Yesus.
Agustiana adalah salah seorang aktivis mahasiswa yang
setelah reformasi, menolak menerima pembagian "kue" kekuasaan seperti
teman-teman seangkatannya. Dia kembai kampungnya di Tasikmalaya dan
mendirikan Serikat Petani Pasundan (SPP).
Dari SPP Agustiana
telah memiliki ribuan bahkan sejuta kader. SPP sendiri telah berada di
seluruh Jawah Barat dan telah memiliki Sekolah (SD,SMP,SMK) gratis di
pedalaman tasikmalaya, Garus, ciamis, bahkan panagndaran.
Sekolah tersebut bagi Agustiana adalah untuk melanjutkan perjuangan rakyat yang belum merdeka di atas Tanah air mereka. Hingga kini Agustiana masih menjadi Seorang Demonstran.
Tanah Pasundan, 22 Februari 2016
Yason Ngelia