Jika multi krisis mulai tercium, akan ada kekuatan
penuh yang di kerahkan untuk merasuki setiap manusia Papua yang teralienasi
(asing). Ketika diri kita terlihat asing (bermasalah), banyak tawaran yang akan
muncul. Disitulah peran Intelejensi memetakan situasi, beradaptasi,
berorientasi, sampai ke memecahkan basis - basis demi mencapai tujuan. Suatu
kebiadaban kolonial Indonesia menciptakan SDM buat orang Papua adalah
menciptakan karakter bangsa yang peka terhadap rangsangan. Mudah tersinggung,
ketergantungan, cepat marah, tinggi hati, moderat, malastahu, harap gampang,
mental kerupuk, malu hati dan masih banyak lagi sampai kepada memanfaatkan
kecemburuan sosial.
Penyakit - penyakit sosial ini jika memberi keuntungan
bagi penguasa, maka ini merupakan tugas penguasa dalam mencapai kesadaran palsu.
Karena mereka tahu, kesadaran palsu tidak akan memberi ruang (perasan dan
tindakan) untuk memahami dan menerima realitas penindasan yang nyata. Dan
kesadaran palsu pastinya akan membunuh tanpa melihat penyentuh (sumber).
Penyakit sosial yang sudah tidak lazim di seantero tanah Papua adalah saling
membunuh karena merebut harta warisan tanah.
Orang yang saling bermasalah akan mengindahkan tawaran
yang menguntungkan dirinya, sekalipun harus menghilangkan nyawa saudara
sendiri. Praktek menghancurkan dari dalam merupakan skenario intim (terkuat,
terdalam dan puncak). Menjauhkan jiwa mudah dari realitas penindasan juga
merupakan instrumen settingan. Instrumen yang berperan dari kamuflase ekonomi.
Program dan proyek sipil dan pembangunan di lancarkan untuk melihat reaksi kaum
muda Papua memilih jalan hidup. Secara keseluruhan, makan minum pakai menjadi
tantangan paling berat dalam kehidupan orang Papua. Itulah kendala yang
merugikan diri sendiri. Negara Indonesia juga tidak pernah mengajarkan kasih
kepada orang Papua. Kasih Tuhan yang di ajarkan melalui gereja tidak menguasai
kehidupan bangsa yang seutuhnya.
Kerja Kasih
Tuhan tidak bisa di mulut belaka diatas mimbar, di medan demonstrasi untuk di
lihat orang, di tepi jalan untuk di hormati orang. Mengapa seorang Uskup
Argentina, Camillo Torres berkata : " biarkan dentuman senjata mengalahkan
nyanyian dan puji - pujian yang kosong kepada Tuhan " ? Karena pada abad
pencerahan, telah di rasuki elit borjuasi sampai dengan saat ini.
Borjuis Internasional sampai nasional adalah pelaku
hitam dalam mengaudit kesadaran manusia demi kepentingan pribadi. Peran program
gereja terhadap rakyat Papua telah timpang dan tidak alkitabiah. Peran guru
dalam pendidikan tidak merata, peran dokter rumah sakit sangat minim humanis
dan hard ekonomis. Peran pemerintah terlambat dan penuh puitis mematikan. Peran
aparatur keamanan penuh diskriminasi dan kejam. Peran borjuis lokal tradisional
sangat primitif dan intoleran. Semua itu sistem dan pola yang terstruktur demi
membunuh orang Papua.
Sebab wajah masyarakat sosial yang merupakan bagian
dari kehidupan intim orang Papua sengaja dibuat untuk tidak bersentuhan dengan
realitas. Semua kekuatan dan kelebihan orang Papua di manfaatkan untuk membunuh
orang Papua sendiri dan inilah rumah bagi para bandit pengkhianat. Dalam
perjuangan Papua Merdeka, perjuangan tentang membebaskan bangsa dari
penindasan, tidak ada yang namanya mantan pejuang , eks pejuang, senior
pejuang, pejuang sembunyi, pejuang rasa - rasa, pejuang dua kaki, ngaku - ngaku
pejuang, dll. Yang ada hanya seorang pengkhianat bangsa dan tanah air. Yang ada
hanya seorang pengkhianat kebenaran.
Rakyat Papua dan Pelopor yang takut mati demi bangsa
dan tanah airnya adalah seorang pengkhianat ! Siapapun yang melawan maupun
memanfaatkan kebenaran, dia pengkhianat ! Mengapa ? Karena tanah Papua hari ini
sedang sekarat dan butuh pertolongan dari orang - orang yang sadar dan ingin
sadar terhadap apa yang terjadi bagi tanah bangsanya sendiri !. Mulailah tanya
diri sendiri, apa yang saya lakukan untuk selamatkan Papua !
Penulis adalah Aktivis Komite Nasional Papua Barat [KNPB]
Post a Comment