0

Bekerja adalah kebutuhan alamiah manusia yang abadi. Tanpa bekerja, loyalitas sebagai pribadi manusia tidak akan di akui oleh apapun termasuk alam. Kerja itu seksi, melahirkan mandat untuk bertanggung jawab atas fisik ke fisik. Terutama, bekerja untuk memanusiakan manusia adalah pokok dari semua ilmu tentang kebenaran.

Melihat realitas yang semakin tidak menjawab kebutuhan, itu merupakan kebenaran yang harus di pahami semua indera, termasuk indera ke enam (indigo). Kebenaran mutlak yang tersisih dari individual seperti makan, minum, mandi, jalan, tidur, hiburan adalah sifat kerja untuk kebutuhan manusia tapi di Papua, sebagian dari hak ini telah di asingkan.

Kesadaran manusia Papua untuk merefleksi diri makin menipis, aktivitas menguntungkan oranglain lebih banyak daripada sama - sama menguntungkan. Dalam posisi yang ini, manusia asing lebih leluasa mengembangkan bakat dan talentanya untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia asing adalah penguasa yang berkuasa atas rakyatnya sendiri dengan tangan besi (fasis, rasis, otoriter).

Apa Gerangan pokok yang membalik realitas di Papua menjadi semakin tidak beraturan ? Katakan saja : Kekayaan Alam ! Dari kekayaan alam timbul sejarah penindasan yang panjang, genosida manusia atas manusia telah menjadi pandemik berbahaya bagi orang Papua dan timbul tuntutan rakyat Papua yang semu yaitu Otonomi Khusus.

Jangan sungkan, Tolak Otsus adalah bagian dari kerja bersama yang besar, tidak terbatas suku, budaya, ras dan agama. Tolak Almarhum OTSUS Jilid II itu butuh praktek, tindakan dan kesadaran secara universal (menyeluruh) dari semua rakyat bangsa Papua dan jutaan rakyat yang ada di Papua maupun Indonesia.

Tolak Otsus bukan merupakan keinginan yang berisi muatan politik semata, melainkan instrumen untuk menggenapi pokok tuntutan sesungguhnya yang terhambat yaitu kebebasan (kemerdekaan). Karena berbicara tentang kebebasan adalah hak mutlak semua umat manusia didunia. Dan kebebasan rakyat Papua menentukan nasibnya sendiri adalah hak pokok yang tidak bisa di tawar.

Kelas sosial mahasiswa, pelajar, karyawan perusahaan, pegawai birokrasi, elit borjuasi, rumpun masyarakat adat, ikatan antar umat beragama, basis suku, dan komunitas apapun yang lahir, hidup, injak kaki, makan minum dan tinggal diatas tanah Papua berkewajiban menolak Otonomi Khusus Jilid II sebagai biang keladi pemusnahan dan kunci keilegalan Enkaeri diatas tanah Papua.

Indonesia di sebut penjajah atas dasar perasaan logis orang Papua. Kekerasan, kemiskinan, pelecehan, proses pembiaran relasi sosial yang merugikan, dan keistimewaan antar individu yang di janjikan negara telah lama hilang di telan waktu. Waktunya telah tiba untuk memulangkan segalah kepemilikan bahan plastik, karton, tempelan dan imitasi yang berbaur dalam kehidupan di Papua.

Tugas seorang revolusioner itu mengambil resiko menyelesaikan tuntutan rakyat, bersama sedarah sedaging sebangsa berdiri, menjadikan kualitas rakyat berada pada posisi tertinggi dalam perlawanan. Rakyat Papua yang melawan adalah bagian dari sejarah, dengan mengubah tatanan (cara hidup) bangsa Papua menjadi " milik kepunyaan " merupakan mandat sang leluhur yang harus terpenuhi.

Membangun kekuatan dengan kepal tangan, persatuan yang solid, menemukan hegemoni rakyat yang terarah untuk mengalahkan penguasa yang menindas, yang menyusahkan rakyatnya sendiri. Papua, di bawa obsesi nasionalisme, akan terus berjalan mencari ruang revolusi demi menempatkan bangsanya agar sejalan dengan cita - cita pembebasan.

Ideologi bangsa Papua, yang adalah ideologi rakyat tertindas, yang lahir atas kesadaran pikiran dan tindakan melawan, akan mengakhiri segalah bentuk kekuasaan kependudukan ilegal kolonialisme Indonesia dan Kapitalisme global atas tanah Papua!

Post a Comment

 
Top